Apakah gejala resonansi itu? Menurut para ahli fisika, gejala resonansi adalah keadaan turut bergetarnya suatu benda karena adanya gelombang lain yang bekerja pada benda tersebut, dimana frekuensi getar gelombang tersebut sama dengan frekuensi diri benda yang dikenai gelombang. Melalui gejala ini, energi dari sumber getar akan mengalir ke benda yang sama frekuensi dirinya.
Lalu apa pula yang dimaksud gelombang di sini? Gelombang dalam ilmu fisika adalah gejala pertambatan energi dari suatu benda ke benda yang laian, tanpa memindahkan benda yang mengirimkan energi tersebut ke benda penerima. Contohnya , ketika seseorang mendengar radio, si penyiar radio tidak berarti datang kerumah pendengar radio tersebut, melainkan hanya energi suaranya saja. Begitu pula siaran televisi, Handpon, dan seterusnya.
Ketika kita mencari saluran gelombang radio atau TV yang kita sukai, Manakala frekuensi gelombang sistem penerimaan di radio atau TV sama dengan yang di pancarkan saluran gelombang tersebut , maka hasilnya radio atau TV kita turut bergetar pada frekuensi yang sama pula.
Gejala resonansi bisa juga dilihat dari peristiwa sehari hari lainnya. Misalnya dua orang yang saling jatuh cinta. Dalam kacamata ilmu gelombang, hati kedua orang tersebut, akibat berbagai hal, saling beresonansi. Satu bergetar, yang lain pun turut bergetar. Itu sebabnya keduanya bisa tidak mampu saling mengendalikan diri
Dalam hal ini para ahli fisika telah mengadakan percobaan. Sebatang besi yang di pasang horizontal pada dua buah tiang. Kemudian padanya digantungkan 5 buah bandul, dimana beban masing masing cukup untuk membuat tali bandul meregang, namun panjang tali masing masing di buat ada yang sama ada pula yang berbeda. Sebulum percobaan di mulai, pastikan seluruh bandul dalam keadaan diam.
Kemudian salah satu bandul diayunkan, misalnya bandul A. Pada saat bersamaan, amati perilaku bandul yang lain. Setelah itu, percobaan dilanjutkan dengan mengayunkan bandul B , setelah yang lain didiamkan terlebih dahulu. Pada saat bersamaan amati perilaku bandul bandul yang lain. Begitulah seterusnya hingga semua bandul mendapat giliran masing masing
Apa yang terjadi? Berikut ini uraian hasilnya.
Ketika bandul A diayunkan sementara yang lain diam, bandul A terus berayun tetapi bandul yang lain tetap diam.
Percobaan selanjutnya, seluruh bandul dalam keadaan diam, kemudian bandul B diayunkan. Apa yang terjadi? Semua bandul lainnya juga tetap diam, kecuali bandul D. Mula- mula pelan tapi lambat laun bandul D bergerak mengikuti ayunan bandul B.
Pecobaan selanjutnya diterapkan pada bandul C. Hasilnya sama dengan bandul A.
Percobaan selanjutnya diterapkan pada bandul D. Hasilnya bandul B turut berayun.
Percobaan terahir pada bandul E. Hasilnya semua bandul selainnya tetap diam.
Nah, gejala turut begetarnya bandul D oleh bandul B atau sebaliknya disebut dengan resonansi. Mengapa kedua bandul tersebut dapat beresonansi? Karena panjang kedua bandul sama , berarti - menurut pehitungan ilmu fisika - keduanya memiliki frekuensi diri atau frekuensi alami (natural frequency) yang sama pula. Maka bila salah satu bergetar (berosilasi), bandul yang lain pun turut bergetar. Pada peristiwa ini, bandul yang turut bergetar "tidak mampu mengendalikan dirinya" selain ikut bergetar bersama. Silakan pembaca coba eksperimen ini di rumah bila anda ingin membuktikannya.
Sudah menjadi sunnatullah, bahwa setiap benda di alam semesta ini tidak ada yang diam sempurna, melainkan pasti selalu bergerak. Sedangkan akibat gerakan tersebut, apapun yang ada di alam semesta ini akan mengeluarkan gelombang yang memilki frekuensi, panjang gelombang, amplitudo, dan ukuran gelombang lainnya. Dengan demikian dapat di simpulkan bahawa benda dan peristiwa apa saja yang ada di alam semesta ini pastilah menghasilkan gelombang dengan ukuran ukuran tertentu.
Lalu apa kaitantannya denga tema artikel ini? Penulis hanya ingin memberikan informasi, bahwa sekitar 350 tahun yang lalu, sebelum teori gelombang dan gejala resonansi ini ditemukan dan di terapkan, ada seorang ulama' besar di india, yaitu Syah Waliyyullah Dahlawiy dalam sebuah kitabnya " Hujjatullah al Balighah" telah menjelaskan tentang hubungan Malaikat langit atas ( Malaul A'la ) dengan manusia di muka bumi. Terjadinya komunikasi antara malaikant langit dengan manusia ini, hanya manakala manusia memiliki kemiripan dengan sifat sifat dan amalan amalan malaikat langit. Semakin kuat kemiripan sifat sifat manusia dengan sifat sifat malaikat, maka semakin jelas dan luas informasi dari malaikat yang dapat di terimanya.
Untuk tujuan inilah al Qur'an di turunkan. al Quran di turunkan membawa program program langit, yang terprogram kepada para malaikat sejak awal mula mereka di ciptakan. Program program langit ini kemudian di perintahkan kepada Rasul-Nya - yang merupakan manusia yang paling mirip dalam sifat sifatnya dengan para malaikat- untuk di programkan kepada manusia seluruh alam sampai hari kiamat.
Apabila program program langit ini telah terpasang ( terinstall) di diri seseorang maka dengan sendirinya orang tersebut akan memiliki sifat sifat seperti malaikat. Ini artinya bahwa frekuensi dirinya telah sama dengan frekuensi malaikat di langit. Keadan ini menimbulkan terjadinya resonansi antara malaikat di langit dengan dirinya, sebagaimana yang telah diatur prosesesnya oleh Allah swt.
Allah swt telah mendesain penciptaan manusia begitu rupa. Ia di ciptakan dilengkapi dengan sistem penerimaan ilham yang canggih di dalam jiwanya. Begitu pula malaikat di langit atas ( malaul A'la ). Allah swt telah menciptakan mereka dan melengkapinya dengan sistem pemancaran ilham yang ditugaskan oleh Allah untuk dipancarkan kedalam setiap jiwa manusia yang telah memiliki frekuensi yang sama di muka bumi.
Dalam hal ini manusia diibaratkan radio atau TV yang di bikin dilengkapi dengan sistem peneriman gelombang yang canggih. Sedangkan Para malaikat langit atas seperti pemancar radio atau TV yang telah dilengkapi dengan sistem pemancar saluran gelombang. Sehingga manakala frekuensi gelombang sistem penerimaan di radio atau TV sama dengan yang dipancarkan salurang gelombang pemancar radio atau TV tersebut, maka hasilnya radio atau TV tersebut turut bergetar pada frekuensi yang sama, yang menyebabkan tertangkapnya siaran atau informasi yang di pancarkan oleh pemancar radio atau TV tersebut kedalam radio atau TV penerima.
Begitu pula manusia, manakala frekuensi gelombng sistem penerimaan ilham di dalam jiwa manusia sama dengan frekuensi para malaikat langit atas, maka sampailah ilham dari malaikat yang di tugaskan Allah swt tersebut kedalam hatinya, yang selalu akan menuntunnya kejalan yang lurus.
Di dalam al qur'an, Allah menjelaskan hal ini dalam surat Asy- Syams ayat 7 -10 yang artinya :
"Demi jiwa serta penyempurnaan penciptaannya. Maka Dia mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan ketakwaannya. Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya. Dan sungguh merugi orang yang mengotorinya ".
Perhatikanlah di dalam ayat ini Allah telah bersumpah dengan jiwa dan penciptaannya yang sempurna. Dimana penciptaan jiwa manusia ini dilengkapi dengan fitrah yang memiliki kecenderungan kepada agama tauhid yaitu Islam. Fitrah di dalam jiwa ini adalah sistim penerimaan gelombang yang memiliki muatan kecenderungan kepada 5 nilai langit, yaitu ; Tauhid, Kesucian, Ketundukan atau penyerahan diri, kemerdekaan dan keadilan. Sedangkan para malaikat langit atas (malaul a'la) memiliki fitrah yang sama yang telah aktif di dalam diri mereka yang di perintahkan untuk selalu di pancarkan kedalam jiwa jiwa manusia yang telah terprogram dengan nilai nilai langit yang sama , melalui pemograman al Qur'an.
Kemudian perhatikan firman Allah " Sungguh beruntung orang yang telah nyucikan jiwanya". Maksudnya sungguh beruntung orang yang telah terprogram dengan program al Qur'an. Karena kecernderungan fitrahnya telah terpenuhi. Hijab hijab fitrahnya telah sirna. Fitrahnya menjadi cemerlang dan bercahaya dengan Tauhid, kesucian, ketundukan dan penyerahan diri, kemerdekaan dan keadilan. Maka terjadilah kesamaan frekuensi dengan malaikat langit atas, yang membuatnya selalu mendapatkan ilham kepada jalan ketakwaan dari Allah melalui para malaikat-Nya.
Lalu perhatikan pula Firman-Nya. "Dan sungguh merugi orang yang mengotori jiwanya". Maksudnya sungguh merugi orang yang tidak mau di program dengan program al Qur'an. Karena kebutuhan fitarahnya tidak terpenuhi. Fitrahnya tertutup oleh hijab hijab hawa nafsu, kencitaan kepada dunia, dan kebodohan tentang Penciptanya. Jiwanya kotor dan menjadi serupa dengan jiwa iblis. Sehingga ia tidak bisa menangkap ilham ilham jalan ktakwaan dari langit , karena berbeda frekuensi. Bahkan justeru ia memiliki frekuensi yang sama dengan iblis, yang menyebabkan ia selalu mendapatkan ilham kejalan kejahatan dari Allah melalui musuh Allah yaitu iblis. Inilah maksud firman Allah pada ayat sebelumnya ;
"Maka Dia (Allah) mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan ketakwaannya".
Wallahu A'lam.
"